Khamis, 3 Mac 2016

Ikhlas

Keikhlasan di dalam hati tidak dapat berkumpul dengan suka dipuji dan disanjung dan rakus terhadap yang ada pada manusia* kecuali seperti berkumpulnya air dan api, dhobb** dan ikan.
Maka apabila jiwamu membisikimu menginginkan keikhlasan, maka pertama kali hadapilah sifat rakus tersebut, hingga bunuhlah dengan menggunakan pisau keputus-asaan dan hadapilah pujian dan sanjungan, hingga bersikaplah merasa tidak perlu terhadap keduanya, seperti ketidak-perluan para pecinta dunia terhadap akhirat.
Sehingga apabila engkau bisa istiqomah di dalam membunuh kerakusan tersebut, dan (senantiasa) merasa tidak perlu terhadap pujian dan sanjungan, maka keikhlasan akan mudah bagimu.
Jika engkau bertanya:
“Dan apa yang bisa memudahkanku di dalam membunuh sifat rakus tersebut dan (memudahkanku untuk) merasa tidak perlu terhadap pujian dan sanjungan?”
Aku jawab:
Adapun membunuh sifat rakus tersebut, maka yang memudahkanmu padanya adalah pengetahuanmu yang penuh keyakinan bahwa tidak ada sesuatupun yang diharapkan kecuali perbendaharaannya hanya ada di Tangan Alloh saja, tidak ada selain-Nya yang memilikinya, dan tidak ada yang memberikannya kepada seorang hamba kecuali Dia.
Adapun sikap merasa tidak perlu terhadap pujian dan sanjungan, maka yang memudahkanmu padanya adalah pengetahuanmu bahwa tidak ada seorangpun yang pujiannya itu bermanfaat dan membuat semakin bagus, serta (tidak ada yang) celaannya itu membuat celaka dan membuat buruk, kecuali hanya Alloh saja.
Seperti yang dikatakan oleh seorang badui kepada Nabi -shollallohu ‘alaihi wa sallam : “Sungguh pujianku adalah penghias dan celaanku adalah memperburuk”.
Maka beliau -shollallohu ‘alaihi wa sallam- bersabda: “Yang demikian itu (hanyalah) Alloh -Azza wa Jalla-“.
Maka jadikan dirimu merasa tidak perlu kepada pujian orang-orang yang pujiannya tersebut tidaklah memperbagus dirimu, dan (merasalah tidak peduli kepada) celaan orang-orang yang celaannya tidaklah memperburuk dirimu. Dan berharaplah pujian (Alloh) yang semua keindahan ada pada pujian-Nya, dan yang semua keburukan ada pada celaan-Nya. Dan seseorang tidak akan mampu melakukannya kecuali dengan sabar dan yakin.
Sehingga kapan saja engkau kehilangan sabar dan yakin, maka engkau akan seperti orang yang ingin bepergian jauh lewat lautan tanpa adanya kendaraan.
Alloh تعالى berfirman:
فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ ۖ وَلَا يَسْتَخِفَّنَّكَ الَّذِينَ لَا يُوقِنُون
“Maka bersabarlah, sungguh janji Alloh itu benar. Dan janganlah orang-orang yang tidak yakin itu menggelisahkanmu.”
Dan Alloh تعالى berfirman:
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا ۖ وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُون
“Dan Kami jadikan diantara mereka para pemimpin yang mereka itu memberikan petunjuk dengan perintah Kami, tatkala mereka bersabar dan yakin terhadap ayat-ayat Kami.”
[ Al-Fawaid hal. 219-220 ]
___________________________
* maksudnya: mengharapkan imbalan dari manusia. Dan makna inilah yang dimaksudkan dengan kata “rakus” pada kalimat-kalimat berikutnya. [ pent.]
** hewan padang pasir yang mirip biawak. [pent.]


Alih Bahasa: Ibnu Abi Humaidi حفظه الله

Tiada ulasan:

Catat Ulasan